Top Label

Pulang, Damai, Kekal

 

Bayangkan

Bayangkan… setelah perjalanan panjang di dunia, penuh ujian, sakit, tangis, lapar, haus, dan kesabaran… akhirnya engkau dipanggil.


Hari itu, tubuhmu lemah. Nafasmu berat, terputus-putus. Keluargamu menangis di sekelilingmu, tapi matamu mulai kabur. Inilah, saat di mana dunia perlahan meninggalkanmu.


Di hadapanmu hadir malaikat yang menenangkan, wajahnya putih berseri. Mereka berkata lembut. Rohmu dicabut dengan lembut, bagaikan tetesan air yang keluar dari mulut kendi. Tidak ada rasa sakit.


Kubur bukan tempat gelap dan menakutkan. Bagimu, kubur terbuka luas, penuh cahaya, bagaikan taman. Bau wangi semerbak menenangkanmu. Malaikat datang bukan untuk menakutkanmu, melainkan meneguhkan imanmu.


Mereka bertanya. Lisanmu ringan menjawab. Maka malaikat berkata. Tidurlah dengan tenang, seperti tidurnya pengantin baru.


Hari itupun datang. Manusia digiring. Matahari didekatkan, manusia kehausan, ketakutan, dan kebingungan. Namun wajahmu bercahaya.


Amalmu ditimbang, doa-doamu, bahkan senyummu kepada orang lain. Semua kebaikan yang mungkin dulu kau lupakan, ternyata hadir sebagai penyelamatmu.


Lalu, catatan amalmu diberikan ke tangan kananmu. Kau bersorak gembira.


Kau berjalan melewati jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang, terbentang di atas api. Tapi kakimu ringan. Cahaya menerangi langkahmu. Kau melewatinya secepat kilat.


Ketika langkah pertama menapaki gerbang, malaikat menyambutmu dengan senyum yang menenangkan.


Udara tidak panas, tidak dingin, hanya sejuk menenangkan. Cahaya tidak menyilaukan, tetapi menerangi hati.


Kau berjalan di bawah pepohonan yang rindang. Buah-buahan ranum menggantung rendah, cukup engkau mengulurkan tangan, buah itu datang sendiri tanpa harus dipetik. Rasanya tak pernah membosankan, setiap kali engkau makan, rasanya selalu berbeda, lebih lezat dari sebelumnya.


Di sisi-sisi sungai mengalir jernih, air yang murni, susu yang tak pernah basi, madu yang jernih, dan khamr yang tidak memabukkan, tetapi menenangkan jiwa.


Engkau duduk di dipan-dipan yang empuk, berhias sutra hijau dan permata. Tidak ada lagi rasa sakit di punggungmu, tidak ada lagi rasa penat, tidak ada lagi air mata.


Di sekitarmu, ada keluarga, sahabat, dan orang-orang beriman yang engkau cintai. Mereka berkumpul, bercengkerama, mengenang dunia yang penuh ujian.


Setiap hari adalah pesta tanpa akhir. Tidak ada malam, tidak ada pagi, hanya keabadian. Tidak ada rasa takut akan kehilangan. Tidak ada umur yang menua. Wajahmu selalu muda, hatimu selalu damai.


Langkah pertamamu membuatmu takjub. Tidak ada debu, tidak ada panas, tidak ada sakit. Di bawahmu mengalir sungai jernih. Pepohonan menaungi, buah-buahnya rendah menyambut tanganmu.


Istana dari emas, perak, dan mutiara berdiri megah. Pakaianmu dari sutra hijau, perhiasanmu dari emas murni.


Keluargamu yang beriman berkumpul bersamamu. Anakmu yang meninggal di dunia menunggumu, kini ia dewasa dan menuntunmu. Orang tuamu, pasanganmu, sahabatmu, semuanya berkumpul kembali.


Kalian duduk, bercengkerama sambil tersenyum. Tidak ada lagi rasa takut. Tidak ada lagi kesedihan. Setiap hari adalah pesta, setiap detik adalah kebahagiaan.


Dan… kenikmatan tertinggi bukanlah istana, bukan buah-buahan, bukan sungai-sungai. Dan puncaknya… Dia memanggilmu. Kau berdiri, lalu melihat wajah-Nya yang Maha Mulia. Kebahagiaan itu tidak bisa dilukiskan kata-kata. Nikmat seluruhnya tidak ada artinya dibanding momen itu.


Itulah saat di mana kau benar-benar mengerti, bahwa segala sabar, segala doa, di dunia tidak sia-sia.


Engkau kekal.

Engkau damai.

Engkau pulang.

#Artikel#Blog
28 Agustus 2025 Last Updated 2025-08-28T04:48:32Z
Komentar

Tampilkan